Selasa, 12 Juni 2012

PERTEMANAN SETIPIS SELEMBAR TISU

Ternyata begini rasanya disingkirkan dan tak dianggap dalam pertemanan dalam sebuah komunitas. Tak pernah ku duga aku akan mengalami hal ini. Rasanya sakit juga, ketika ingin berteman dan lebih mengenal lagi , agar bisa akrab. Malah disingkirkan dan tak dianggap. Padahal mereka satu komunitas ,satu suku dan satu angkatan. Aku baru menyadari bahwa mereka hanya membutuhkan teman yang ......  dan teman  yang ...... Mereka terlalu luar biasa untuk dipahami dan dikenal. Terlalu sombong untuk menerima teman bukan dari kalangan mereka. Wow kota ini semarang menurutku terlalu luar biasa sulit untuk ditaklukan dalam pertemanan. Disini nilai pertemanan hanya setipis lembaran tisu. Yang gampang sekali untuk di sobek. Pertemanan disini juga memiliki kelas masing-masing. Kelas elite, kelas kamseupay, kelas anak-anak sok supel , dan kelas orang-orang munafik.

Sepertinya bahagia sekali ketika ada salah satu dari mereka yang mengatakan bahwa “kami berteman tidak pilih-pilih”. Siapa aja kami terima dengan senang hati. Tapi ternyata pernyataan itu Cuma bulshit doang. When i try it, apa yang terjadi.?  I’m like a losser . Tidak ada keramahan sama sekali yang mereka tawarkan, terkesan menyingkirkan dan tidak bersahabat. Aku tau, aku mungkin tidak bisa se-hebo mereka, se-cerdas mereka, dan se-aktif mereka dalam komunitas. Tapi bukankah seharusnya usaha seseorang untuk mengenal dan berteman dengan komunitasnya perlu dihargai dan didukung? Yah, aku tau sekarang jawabannya BUKAN! Bagi mereka yang menganggap pertemanan hanya sekedar kenal dan keuntungan apa yang didapat ketika terlibat dalam pertemanan ini?

Sekarang aku mengerti bahwa kehidupan disini, dikota ini terlalu keras untuk dilawan. Pertemanan disini hanya persoalan untung-rugi. Jika ingin masuk dalam pertemanan yang lebih dalam keuntungan apa yang akan di dapat dan kerugian apa yang akan terjadi?

Dan aku baru menyadari semuanya hanya sebatas jobdes komunitas. Ketika seseorang dari mereka mengatakan “yang penting aku mengerjakan jobdes ku”. Diluar itu berarti kita bukan teman. Wow amazing, semua diukur hanya dengan mengerjakan jobdes. Bukan kah seharusnya prosesnya lebih penting?

Ya itulah yang terjadi disini.

Pertemanan hanya seperti lembaran tisu yang tipis.

3 komentar:

  1. woles .. gak semua yg kamu pikirkan sama seperti yang mereka pikirkan . jangan berpandang dr arahmu saja, mencobalah berdiri menjadi sosok mereka

    BalasHapus
  2. sampai kapan harus mencoba? kalau tidak ada respon dari mereka.
    lebih baik move on ke komunitas lain

    BalasHapus
  3. :) diluar sana masih bnyak kok teman yg menanti kamu, so jangan berkecil Hati yaa

    BalasHapus